Kecantikan

        Ulfarida Fajrin


                                                              Kecantikan 




untuk upacara kandungan usia 1 bulan, 2 bulan, dst. bisa bebas hari apa saja, kecuali hari Jumat sebab hari itu dianggap hari pantangan untuk menyeleng- garakan suatu upacara tradisionalSedang waktunya biasanya pada sore hari, sesudah Asar, atau sebelum Magrib. Penyelenggaraan upacara ini biasanya tidak terlalu besar.

"Mitoni" berasal dari kata "pitu" (tujuh). Ini adalah upacara yang menandai saat kandungan telah berumur tujuh bulan. Upacara ini dalam bahasa Jawa juga sering disebut "ningkeb atau tingkeban". Karena "mitoni" itu artinya tujuh, maka bahan makanan atau perlengkapan untuk mengadakan selamatan ini juga harus serba tujuh macam. Misalnya: perlengkapan kain tujuh macam, air untuk memandikan harus

diambilkan dari tujuh sumber. Upacara ini biasanya diselenggarakan pada hari Rabu (hari Selasa siang sampai malam atau malam Rabu) atau Sabtu (hari Jumat siang sampai malam atau malam Sabtu). Pelaksanaannya biasanya pada siang hari tepatnya kurang lebih jam 11 siang karena pada jam itulah para bidadari turun dari kahyangan untuk mandi. Sehingga jika upacara "mitoni" dilakukan pada jam itu diharapkan agar si

perempuan itu setidak-tidaknya akan mendapat berkah dari bidadari. Sedang tanggal pelaksanaannya biasanya adalah tanggal gasal dalam bulan pertama terutama pada tanggal yang berangka tujuh. Tempat upacara ini dilaksanakan adalah di halaman rumah sebelah kiri atau kananTempat mandinya dibuatkan khusus berupa krobongan. Sesudah mandi, ia lalu dibawa ke ruang tengah (senthong tengah) untuk melakukan upacara menjatuhkan tropong (alat tenun) dengan maksud agar kelak bayi dapat lahir dengan mudah. Lalu dijatuhkan pula dua buah kelapa gading bergambar Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembodro atau Panji dan Kirana. Selanjutnya

upacara berganti pakaian sebanyak 7 kali.

"Mrocoti" merupakan upacara

diadakan saat bayi berumur 9 bulan. "Mrocoti" berasal dari kata "procor" artinya lolos. Maksudnya agar waktu melahirkan dapat lahir dengan mudah dan selamat, tidak kurang suatu apa pun baik bagi si ibu dan bayi. Upacara ini biasanya diselenggarakan secara sederhana sekali dengan mengadakan selamatan jenang procot.

Jamu, Kecantikan dan Puteri Keraton

Saya kagum jika mengamati penampilan maupun wajah puteri keraton, yang di kemudian hari setelah saya banyak belajar tentang kecantikan puteri keraton, saya tahu apa rahasianya. Seperti halnya konsep "Rupasampat Wahyabyantara", para puteri keraton pada zaman kini pun juga masih meyakini bahwa kecantikan adalah sesuatu yang tampak dari dalam dan luar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan di kalangan puteri keraton sangat diperhatikan. Dan tentu saja jamu memiliki peran yang sangat besar dalam hal ini. Karena itu dalam penampilan sehari-hari para puteri keraton itu selalu nampak sehat, segar dan menarik secara alami. Dalam tindak-tanduknya tercermin sifat tenang dan jika berbicara kalem. Itu semua merupakan ciri khas pembawaan puteri keraton

Di kalangan mereka begitu dihayatinya bahwa untuk menjaga serta mempertahankan kesehatan badan, tak perlu "ngoyo" atau "ngongso" (menjadi lupa daratan dalam berusaha mencapai tujuan materi). Sebab segala sesuatu sudah ada di tangan Yang Kuasa. Karena itu manusia hanya perlu berpasrah diri. Prakteknya dalam kehidupan sehari-hari adalah menjalankan hidup ini dengan laku "sareh" atau sabar, tidak tergesa-gesa dalam segala keadaan tetapi tetap waspada dan penuh perhitungan. Di samping itu, dalam hubungannya dengan pergaulan antarmanusia selalu mengusahakan keselarasan atau keseimbangan dengan meng- hindarkan diri dari segala bentuk perselisihan atau permusuhan dengan pihak lain. Apabila hal ini dapat terus-menerus dipegang serta dihayati, maka niscaya orang akan terhindar dari berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi, jantung, lever, gangguan pada pencernaan atau ginjal serta keluhan pada alat pernafasan dsb.

Namun demikian, pemeliharan kesehatan yang dilakukan para puteri keraton itu umumnya lebih ditekankan pada penghayatan yang bersifat preventif dengan maksud agar terhindar dari penyakit atau ketidakselarasan kondisi badan. Realisasinya dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak melakukan berbagai kebiasaan yang positif. Seperti, tidak bekerja sampai larut malam atau terlalu capai, selalu bangun pagi dan membersihkan badan secara teratur, tidak makan makanan yang dapat meng- ganggu kesehatan seperti makanan yang terlalu pedas atau terlalu berlemak atau yang tidak higienis. Selain itu, juga tidak minum minuman yang dapat merang- sang tenggorokan atau minuman yang kurang bersih karena kemungkinan mengandung bakteri tertentu.

Hingga saat ini pemakaian jamu masih diterapkan di lingkungan keraton. Di bawah ini contoh j





jamu yang masih sering diminum para puteri keraton

1. Beras kencur: berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperkuat otot-otot badan. Jamu ini diminum setelah makan atau pada malam hari menjelang tidur.

2. Kunir asem: berguna untuk melancarkan, membersihkan darah serta menghilangkan bau ami badan, khususnya diminum saat perempuan sedang haid.

3. Temulawak: berkhasiat untuk melancarkan kerja pencernaan makan dan menyembuhkan perut mulas.

4. Jamu galian: berkhasiat untuk mengencangkan kandung peranakan bagi perempuan yang telah melahirkan anak atau pada umumnya untuk melangsingkan tubuh.

5. Jamu godogan: berkhasiat untuk melegakan badan serta menghilangkan rasa mual dan juga meng- hindarkan badan dari gangguan masuk angin.

6. Jamu watukan: berguna untuk menyembuhkan penyakit batuk atau gangguan pada tenggorokan






Komentar

Postingan Populer